Kamis, 28 September 2017

Apakah Budaya Nge-blog Sudah Basi?

Jaman 2007-an saat diriku diperkenalkan dalam dunia perblogging duh tiap hari bawaannya pengen nulis terus (sampai punya blog 4bijik). Dasar generasi alay!! Nulisnya juga nggak penting sih, banyak curhatnya malah bahkan ya karena "produktifnya" aku buat nulis blog jaman muda dulu, maka terciptalah gaya tulisan dengan isinya nggak ada makna-maknanya samasekali. Kecuali ke alay an biar dianggap intelek-intelek gitu cem Raditya Dika (kan jaman seonoh diye lagi jadi idola remaja Indonesia nan cupu tapi punya karya waaseeeekkk). Jadi dengan perasaan percaya diri dan dedikasi tinggi aku nulis blog tiap hari udah kayak kegiatan rutinitas aja, padahal nggak ada yang baca loh. Jangankan baca yang peduli aja nggak ada. Ciyan qaqa.

Saking sadarnya aku sama tulisan blog jaman jahilliyah dulu yang alay menjijikan sampai sekarang aku nggak pernah mau loh baca atau sekedar menengok kabar itu blog. Sampai suatu hari seorang teman -tidak usah disebutkan namanya- ngeLine aku ngirim capture-an sampah  blog aku dan tidak lupa menyisipkan pesan berupa kesedihan dia bahwa aku sebenarnya pernah melewati fase alay layaknya anak remaja pada umumnya. Semacam tercyduk gitu,  maka aku langsung bergriliya mencari 4bijik blog jahanam itu. Iya ketemu blognya, tapi aku ga bisa buka akun blog itu buat membakar eh ga deng maksudnya menghapus, karena LUPA PASSWORD. Fuck!!

Dan........

Semua sejarah kealayan aku, terekam jelas di sebuah diary blog terkutuk yang semua orang bisa lihat dan bisa baca kapanpun dimana pun. Selamat ya Garnis, anda jenius sekali.

Duh, dengan ini aku mengikrarkan diri nggak akan jadi artis. Kan nggak lucu shay kalau tiba-tiba w udah jadi artis top dengan kesan intelek ala ala Natalie Portman, eh tiba tiba diberitakan di Line Today terekam 10 jejak kenarsisan dan kealayan Garnis dalam sebuah Blog. Kutasanggup qaqa, tak sanggup.

Lalu, dengan blog 4 bijik (alay dan lupa password) tapi malah buat blog baru, dirimu sehat Nis? Well ada beberapa alasan kenapa aku bikin blog lagi, walau aku berharap blog ini nggak akan alay ya shay. Tapi jikalau alay ya maap-maap nih, anaknya kadang emang suka nggak sadar diri (nggak tahu diri). So, alasan terlahirnya blog ini disponsorin oleh:

1) Kebiasaan Bacot

Aku punya kelebihan (kekurangan?) suka banget ngebacot dimanapun, kapanpun dengan siapapun. Bahkan ekstremnya adalah kadang bisa aja tuh aku ngobrolin banyak hal sama orang asing di kereta, bus ataupun diantrian Bank. wkwkkwwk au ah. Tapi yang paling terganggu sama kebiasaan bacotan aku ialah keluarga. Otomatis sih karena mereka orang yang literally aku temui tiap hari dan orang terdekat pula. Sebenernya sih keluarga aku fine-fine aja sih sama budaya bacot aku yang duh ya ngalihin Yonglex ngerap deh, soalnya dari kecil aku udah bacot. Well, Bapak, Mama dan Adik udah kebal dan bodo amat sama ceriwisnya w tapi kadang-kadang juga suka komplain sih.

Cuman, kasus berbeda terjadi pada si pasangan. Si pasangan ini temen deket aku . Jadi karena doi temen deket, otomatisye  tiap ketemu dia,  aku bakal ngebacot apapun. APAPUN. Padahal dia ini tipe manusia introvert, gugupan tingkat anfal dan pendiam nggak banyak omong kecuali penting. Alhasil ketika sama aku, ketebak dong ya aku yang bakal mendominasi obrolan dan si dia diam seribu bahasa (tanpa respon, cuman gerakan angguk angguk geleng-geleng). Awal-awal kita kenal sih, si dia normal-normal dan biasa aja dengan bacotan aku, tapi  bertahun-tahun bersama sepertinya dia mulai MUAK. Pertama, karena menurut doi apa yang aku omongan nggak penting untuk kehidupan ini; lalu alasan kedua, ketiga, keempat berikutnya sama sih, intinya bacotan akika nggak penting. Yumari...

Nggak pentingnya gimana? ya kayak tulisan blog ini, kan tadinya aku mau nulis alasan bikin blog. Eeh malah mbeleber kepanjangan. Misalnya lagi ya aku sering banget ngomentarin hal-hal yang diluar kehidupan aku sendiri. Kayak pergosipan Raffi Ayu, atau betapa teganya si Annisa Hasibuan nilep duit jamaah dengan di paut-pautkan sama teori konsipirasi mana atau dengan data-data perselingkuhan yang ku temukan di Lamtur. Wadeeuh tipikal netizen instagram banget ya. Sebenernya nggak cuman masalah pergosipan juga sih yang ada diotak dan mulut aku, tapi juga masalah-masalah apapun yang aku temukan di internet, majalah atau tv atau orang lain bakal aku ceritain ke pasangan. (PS: disini aku ceritanya nggak yang asal cerita ya, tapi rinci dan detail, ampe pake data-data layaknya sensus bok jadilah setiap w cerita satu topik durasinya panjaaaaaaang cam coklat coki-coki). Buat pasangan pembahasan hal hal kek gitu tu nggak penting, sebenernya buat aku juga nggak penting sih. Tapi gimane yah bawaan orok suka bacot dan ngemen yasudahlahyah. Sehingga ketika si pasangan dibalik kemuakan dia dari siklus bacotan-obrolan-tidak penting terjadi disetiap harinya, maka tercetuslah ide brilian dari otaknya yang tidak disangka-sangka yaitu jeng jeng jeng.....

Pasangan : "Gimana kalau km bikin blog aja deh, nulis tentang opini-opini kamu yang banyak itu, tanpa mengganggu kinerja telinga aku".
G : Hiks (sambil manggut-manggut tanda setuju).

Setujulah aku buat bikin blog karena takut shay kalau si pasangan lama-lama stress akibat bacotan aku kan ciyan, kan dia tulang punggung keluarga. Kutaktega.

2. Hobi Nulis (?)

Duh, sok sok an bilang hobi nulis. Karya aja nggak ada, sekali-kalinya ada karya cuman skripsi dan thesis. Dasar nggak tahu malu! Yah gimana yah, berbekal suka bikin caption panjang di instagram, bolehkah ku nobatkan bahwa aku memiliki hobi menulis?

3. Anaknya Gabut

Setelah prahara thesis yang drama sekali. Akhirnya aku mengalami kegabutan luar biasa (kuingin menikah saja), sehingga tempat bersosialisasi sekarang nggak seasik jaman kuliah dulu. Sekarang ya mau ketemu temen aja mikir-mikir ongkos pesawat lah, karena kebanyakan sahabat deket aku pada kerjanya jauh jauh bok. Lintas pulau, lintas negara lah. Nah aku disini-sini aje, remahan rempeyek emang nih. Atau kadang ketemu mereka pun pas ada yang nikahan. Otomatis temen setia aku saat ini cuman laptop, jurnal, data-data laporan keuangan, hp dengan segala app sosial medianya, syukur-syukur kadang masih bisa ketemu P atau keluarga. Tapi ya gitu masih berasa gabut aja karena nggak gahol gahol ala anak muda sosilita jaman sekarang hangout ala ala sahabat mereka terus upload di instagram dengan caption insya Allah persahabat ini still Jannah.
Lalu, ngeblog bisa gaul gitu? Nggak sih...tapi minimal banget ya ada refresh lah nih otak dari bahan bahan dan angka-angka keuangan yang nyiksa batin dan sanubari ketika salah itung. (Tiba-tiba inget deadline).

4. Butuh Pelampiasan
Selain hobi bacot, aku anaknya juga hobi murka. Kayaknya emang orang yang suka bacot pasti kalau marah bakal "ngebacot" juga dengan cacian (atau sebenernya nggak, atau cuman aku doang ? hiks). Rasanya kalau marah dengan ngomel gitu lega aja. Tapi ya balik lagi, walau orangnya suka marah sambil ngemeng tetep dong ga mau ngomel sama tembok, sama boneka apalagi sama tangan. Maunya sama orang, dan orang itu siapapun yang menghasilkan dampak kemarahan buat aku.
Jadi karena aku sadar itu tidak baik. Kasihan kadang liat si pasangan merasa tertindas karena sering ku marahin untuk alasan tidak penting misalnya PMS. Jadi mending ngesalurin semua amarah ditulisan blog dengan positif. Asek. (Padahal akhirnya tetep habis nulis blog balik marah lagi sama pasangan).

Jadi, walaupun mungkin saja blog sudah menjadi agak ditinggalkan karena sekarang udah banyak media  kayak twitter, path ataupun instagram yang lebih menyenangkan dan gampang untuk diulik-ulik sebagai sosial media. Tapi dengan hati yang teguh dan kepercayaan diri yang kukuh aku bakal memulai menulis blog demi mengurangin intensitas ngebacot didepan umum. Btw alasan ngeblog aku nggak ada keren-keren nya yaah. Nggak papa lah ya..toh nih blog juga nggak ada yang baca.

Akhir kata, saya tutup posting hari ini dengan mengingat-ngingat keknya judul sama isinya kok agak kontradiksi ya...semacam nggak nyambung wkwkwk..Dasar goblek. Biarin deh!!!

-G-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar